Keajaiban Sedekah

Kisah Nyata Inspiratif Tentang  Keajaiban Sedekah.

*PENANTIAN KETURUNAN*

Bahagianya menjadi pengantin baru (21 juli 2011). Kami bahagia sekali waktu itu, namanya juga pengantin baru, selalu bersama-sama, makanpun sepiring berdua cieee☺️

Hari-hari kami melakukan aktivitas seperti biasa. Saya kembali mengajar di sekolah swasta dekat rumah. Begitu juga suami

Satu tahun sudah kami rasa cukup untuk berbulan madu, meskipun dari awal menikah kami sepakat untuk tidak ikut program KB karena secara usia kami sudah waktunya untuk segera punya anak

Ditahun kedua pernikahan kami mulai resah karena sudah 1 tahun lebih belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Orang tua dan mertua sudah mulai menasehati agar saya dan suami minum jamu ini itu agar saya segera hamil. Sanak saudara, tetangga,  rekan-rekan juga sudah berselenting bertanya kapan hamil?" 
Sungguh pertanyaan mereka cukup membuat saya tertekan dan kadang tersinggung

Tapi, saya mencoba berusaha meredam gejolak perasaan saya. Sakit rasanya, setiap kali ditanya "kok dorong meteng to ndok?" Ojo KB, wong gak nduwe anak iki gak penak!" Artinya: kok belum hamil ? Orang gak punya anak itu gak enak!" Kira-kira seputar itulah pertanyaan mereka-mereka. Mulutku seolah terkunci, tak mampu mengeluarkan satu katapun untuk menjawabnya, hanya senyuman yang bisa aku berikan, yah senyuman dibalik tangis dalam hati😭

Ditahun kedua ini saya dan suami ahirnya pergi ke dokter specialis kandungan untuk USG. Perasaan takut, hawatir sekaligus penasaran semua saya rasakan. Sesampainya di tempat praktek dokter murod (dokter spesialis kandungan) langsung menemui perawat dan dicek tensi darah, setelah itu dipersilahkan menunggu panggilan untuk langsung konsultasi dan proses USG. 

Tangan dingin saya rasakan karena hati bergejolak.
"Nyonya Zulaikhoh" terdengar dari pintu ruang praktek dokter. Saya dan suamipun masuk dan dipersilahkan duduk di depan meja sang dokter. Senyum dokter mengembang seolah memancarkan ketenangan dan seolah mengatakan pada kami "tenanglah"...

Setelah kami menyampaikan maksud dan tujuan kami, sayapun di minta berbaring untuk USG. 

Usai USG saya kembali ketempat duduk samping suami dan dokter mengatakan "ibu bapak, tenang saja ya! Banyak berdoa, mohon sama Alloh" kemudian dokter menyampaikan bahwa " hasil usg, rahim ibu sehat dan bersih, siklus menstruasi juga normal, berarti ibu dan bapak tinggal rileks aja, sambil mohon sama Alloh agar program hamilnya berhasil"
Saya lega dan bahagia mendengarnya🥰
Dokter melanjutkan "saya buatkan resep obat untuk ibu dan bapak konsumsi ya" dan kalau bulan depan masih belum hamil silahkan kembali kesini" kata dokter murod. 
Kami hanya mengangguk dan tersenyum lalu kemudian keluar untuk membeli obat resep dokter.

Dan, saya lihat kwitansi pembayaran obat itu sebesar 500.000. Jumlah yang cukup mahal untuk kami. Tapi, mengingat keinginan yang amat sangat untuk segera hamil, suamipun beli itu resep dokter dan sampai dirumah kami ikuti saran-saran dari dokter dengan harapan bulan depan berhasil mendapatkan garis dua pada tespack

Bulan sudah berganti, artinya aku hampir datang bulan. "Deg degan rasanya hati menunggu apakah bulan ini aku datang bulan atau tidak? Sementara emakku sepertinya sudah mulai panas hati dan fikiran dengan omongan sanak famili dan tetangga yang kepo dan usil. Sikap orang orang disekitarku cukup menguras emosi dan air mataku

Dan benar, hari ini aku datang bulan. Bertambahlah kegusaran, marah, kecewa yang aku rasa. Protes aku sama Alloh, "kenapa aku gak kunjung hamil? Kenapa? Apa salahku? Apa salah kami?" Protesku sama Alloh Sementara ada wanita yang hamil diluar nikah?" Padahal kehamilannya tidak di inginkan? Dan itu aib!"
Crocos crocos bla bla bla....
aku mengumpat dan kesal dan aku su'udzon sama Alloh, aku fikir Alloh Tuhanku gak adil. Ini gak adil buatku😭

Setelah beberapa hari, perasaanku normal kembali, berharap aku akan mendapat garis merah dibulan berikutnya.
Sedangkan, untuk melanjutkan program hamil ke dokter, aku gak mau lagi,,,aku gak datang ke tempat praktek sang dokter lagi seperti yang di arahkan sama kami saat USG bulan lalu. Kenapa? Akupun gak tau, entah kenapa?

Setiap hari rasanya nyali semakin menciut untuk berkumpul dengan kerabat, sahabat, tetangga karena saya menghindari becandaan mereka yang gak lucu buat saya. Saya lebih suka berdua saja sama suami di rumah. Dan, disekolahpun saya enggan menghadiri rapat-rapat keluar lembaga, hanya karena takut ditanya soal kehamilan dan lain sebagainya

Tanpa terasa usia pernikahan kami sudah masuk tahun ke tiga, dan kamipun sudah berusaha untuk bisa hamil. Mulai dari program hamil dari dokter, pijat urut, jamu-jamu herbal, akupuntur hingga hipno therapy sudah kami jalani. Namun, belum ada yang berhasil. Dan hampir setiap bulan saat datang bulan aku semakin stres dan lebih sering protes sama Alloh menuntut keadilan. Dan akupun sudah gak mampu berfikir dengan hati tenang lebih sering gusar dan mengeluh

Penderitaan bathin semakin lengkap dengan tanyangan sinetron Indosiar yang sering membawa cerita-cerita kemadulan dan semacamnya. Dan baper sering menghapiri bathinku. 

Entah ini kebetulan atau apa, setiap habis shubuh bapakku yang hobinya dengar radio siraman rohani aku dengan ceramah seorang ustadz yusuf mansur dengan judul "the miracle of giving" eeeh bener gak ya judulnya?" Entahlah aku agak lupa. Yang pasti sang ustadz menyampaikan kisah kisah inspirasi yang membuatku penasaran ingin mencobanya.

"Bismillah, Pagi ini aku akan mulai bersedekah." Ya Alloh, aku minta anak yang lahir dari rahimku buah dari suamiku" gumamku dalam hati. Dan, satiap hari aku kasih 2000 rupiah untuk siswaku seorang yatim.

Tiga bulan kemudian, setelah aku praktek sedekah uang recehan...hamilkah aku???
Enggak, ya aku belum hamil juga, aku masih tetep protes Alloh terus ngedumel walaupun intensitas ngedumelku gak separah di awal-awal dulu.
Aku malu, aku malu sama diriku sendiri. Masak minta anak tapi sedekahnya 2000 rupiah🙈
Sampai anak siswaku yang lain sempat bertanya "Ibu, kenapa ibu selalu ngasih sangu ke mas Riyan?" Aku hanya bisa senyum, sambil memilih jawaban yang bisa diterima oleh anak kecil. Hingga akupun juga kasih 2000 untuk anak ini dengan tanpa mampu menjawab pertanyaannya

Aku cerita sama suami, lalu suami pergi ke warnet untuk download beberapa rekama-rekaman ceramah ustadz yusuf mansur. Waktu itu kami belum punya hp android, nah dari beberapa rekaman sering kami dengarkan bersama dan langsung eksekusi. 

Dari sini saya kenal riyadloh 40 hari, yang isinya sedekah dari harta yang kita cintai, sholat 5 waktu berjamaah dimasjid jangan sampai ketinggalan, menyempurnakan sholat wajib dengan sholat qobliyah ba'diyah, sholat dluha jangan sampai bolong, tiap hari baca surah yasin, waqiah dan ada lagi aku lupa
Untuk mengawali riyadloh ini saya ambil uang mahar saya untuk kami sedekahkan (semoga Alloh melindungi saya dari sifat riya')

Pada tahun ke 3 ini, kami mencoba mengatur emosi, terutama saya yang gampang baper. Kami menghabiskan waktu dengan kegiatan yang kami senangi, jalan-jalan kemana keinginan hati membawa kami, yang penting hati seneng, gembira.

Di bulan agustus 2014 ada festifal di kota Jember, Jember Carnival Center (JFC) kamipun datangi acara itu di alun-alun kota Jember. Kami parkir sepeda motor lalu cari tempat duduk di bawah pohon sambil makan cilok, saya dan suami duduk berteduh. Juga ada beberapa orang duduk disitu termasuk penjual koran duduk di belakang kami. Seseorang disamping membeli beberapa lembar koran, tapi bukan untuk dibaca melainkan untuk alas duduk. 

Beberapa saat kemudian orang itu pergi dan meninggalkan korannya disitu, disebelah saya duduk. Iseng saya ambil koran dan saya baca-baca sekilas ada berita bahwa pada tanggal 14 september 2014 akan ada pelantikan hafidz Qur'an di UNEJ (Universitas Jember) yang akan dihadiri langsung oleh UYM. Wah, saya antusias untuk berencana datang ke pelantikan dan sengaja ingin menyampaikan uneg-uneg bahwa kami sudah lama menunggu kehamilan
Saat baca berita ini (27 Agustus 2014).

Koranpun saya bawa pulang dan saya gunting bagian berita penting itu, dan saya simpan sampai sekarang.
Tibalah hari dimana acara pelantikan dan kamipun datang pagi-pagi sekali, biar gak sampai telat. Benar, sampai dilokasi masih sepi. Sempat ikut bantuin pasang karpet😊

Sekitar satu jam kemudian acara dimulai sayapun ambil tempat strategis, duduk paling depan sedangkan suami ditempat pengunjung putra. Kami masing-masing

Sekitar jam 9 lewat sekian menit ustadz idola ahirnya naik kepanggung, dilalah beliau saat itu cerita kisah Nabiyulloh Isa yang lahir tanpa ayah, serta kisah Maryam dikirim oleh malaikat makanan dari surga atas izin Alloh.
Kisah ini menyadarkan saya bahwa apapun keinginan kita, jika Alloh berkehendak semua yang tidak mungkin pasti akan terjadi, saya bergumam dalam hati "termasuk keinginan saya untuk memiliki anak keturunan" tak terasa netes air mata saat itu, sadar - sadar saya sudah sesenggukan

Nah, saat itu UYM mengadakan moment sedekah dengan menghamparkan taplak meja, saya masih ingat betul sang ustadz bilang kepada para pengunjung dengan suara lantang penuh penekanan "bahwa apapun keinginan, hajat bapak/ibu pasti Alloh kabulin, pasti sampai asal bapak ibu yakin sama Alloh yang menguasai jagad raya, yang menguasai alam semesta beserta seluruh isinya"

Lalu UYM melanjutkan lagi dengan suara yang berbeda, dengan lembut sedikit berbisi namun pakai microfon "Tergantung kitanya aja, gimana PDKT nya sama Alloh, jangan hanya mengangkat tangan ke langit, tapi panjangin tuh doa...dengan sedekah" merinding saya waktu itu

Sambil baca sholawat para pengunjung menyedekahkan harta terbaiknya, rupanya para pengunjung sudah faham ilmu sedekah. Terlihat dari cara mereka bersedekah, sepertinya banyak yang punya hajat dan keinginan di idamkan.
Saat taplak meja dibentangkan di depan panggung, dan tepat didepan saya, para jamaah berlomba untuk bersedekah harta terbaiknya.

Tapi saya cuma bisa bersedekah 50ribu, isi dompet saya waktu itu 50 ribu sama 500 rupiah. Dan, saya iri melihat jamaah lain yang bisa sedekah banyak, terlintas dalam benak saya bahwa aku ingin anak, aku ingin hamil, rasa-rasanya kurang kalau 50ribu. Saya langsung ingat, kalau saya lagi pakai cincin kawin, tak berfikir panjang langsung saya lepaskan itu cincin, sambil meletakkan ke taplak meja dan saya bilang sama Alloh "Ya Alloh, Ya Robb...aku beli anak keturunan dengan cincin kawinku, maafkan aku, atas segala dosa-dosaku karena pernah maidho engkau"

Los, ridlo dan ringan yang saya rasakan setelah saya lepaskan cincin itu, rasanya melayang tanpa beban dan benar-benar bahagia, tapi aku gak tau penyebabnya aku bisa serilekx ini. Subhanalloh

Sampai acara selesai, rencana kami curhat sama ustadz, tapi gak bisa karena ustadz acara hari itu padat sehingga saya dan suami pulang dan kami istirahat diteras masjid kampus UNEJ sembari menunggu waktu dzuhur tiba, saya tanya sama suami " mas, tadi sedekah berapa?"
"Semua" jawab suami, maksudnya semua isi dompet disedekahin.
Allohu Akbar, jadi real saat itu kami pulang dengan membawa dompet kosong😅 subhanalloh, ahirnya adzan dzuhur berkumandang dan langsung iqomah. Dan sholat dzuhur kali ini UYM sebagai imamnya Alloh....Allohu Akbar.

Habis jamaah sholat dhuhur kami pulang dengan perasaan yang plong tanpa membawa uang. Sempat lapar pas perjalanan pulang, tapi apalah daya gak ada duwit buat beli sesuatu. Ya, gas pol aja, go home, kami berdua merasa lucu saat itu, senyum-senyum lega

Nah, sebulan berlalu, lalu sudah adakah tanda-tanda kehamilan?
Belum, aku belum juga hamil. Hingga aku sering dimarah-marahi emak tanpa sebab, tapi sejujurnya aku tau enakku seperti itu karena kepanasan dengan kondisiku yang belum juga hamil, belum lagi omongan orang-orang sekitar,  padahal sudah hampur 4 tahun
Pada ahir tahun 2014 saya dan suami memutuskan untuk kontrak rumah didesa sebelah, menenangkan diri, kontemplasi, muhasabah, sambil aku sering mendengarkan ceramah-ceramah UYM, disitu ada riyadloh 40 hari.

Masih ada sisa mas kawin saya waktu itu jumlahnya 300ribu, sekalian aku sedekahkan dimasjid terdekat. "Sekalian dah, ngapain mas kawin ditahan-tahan. Kurang manfaat juga" kataku
Sejak saat itu kami mulai membenahi ibadah-ibadah kami dalam riyadloh 40hari

Kami start mulai hari senin dengan puasa sunnah senin kamis, tahajjut, sholat 5 waktu berjamaah dimasjid tanpa ketinggalan alias makmum masbuk, makanya suami ambil posisi muadzin, sholat tahiyyatal masjid sebagai awal masuk masjid, ada qobliyah ba'diyah, baca istighfar, sholawat dan tasbih masing-masing minimal 100x. Lanjut dhuha jangan sampai bolong, wajib baca surah yasin setiap hari. Kurang lebih itulah midel riyadhoh UYM yang kami jalani selama 40hari

Alhamdulillah 40 hari sudah kami kerjakan, namun sayapun tak kunjung hamil, tapi saya sudah gak pernah lagi stres saat datang bulan, tapi masih tersinggung saat ada yang tanya soal kehamilan, tapi secara mental saya sudah siap. Walaupun masih nangis habis ditanya

Bagaimana riyadloh 40 harinya? Kata suami, "InsyaAlloh Alloh,  akan kabul doa kita di 40 hari berikutnya" sembari menghibur. Aku kuatkan hati untuk lanjut riyadloh. Dan, sempat orang bilang kami aneh, sok suci dan lebai menurut mereka, karena kami selalu ke masjid saat menjelang waktu sholat tiba. Memang dilingkungan kami masih terbilang langka, paling rajin-rajinnya ke masjid itu waktu maghrib, isya' dan subuh. Tapi, aku slow aja, memang mereka belum faham
 
Ada keanehan selama sejak kami program riyadloh 40 hari. Pertama, dibulan itu yaitu Desember 2014 saya dapat rezeki dari sekolah, maaf saya rahasiakan sumbernya. Rezeki berupa uang hampir 3juta rupiah. Saya yang lagi masa riyadloh saat itu langsung berfikir sedekah, dan saya berniat menghabiskan uang itu dalam waktu 1 hari aja. Langsung aku masukkan dua amplop uang sejumlah masing-masing 500 ribu, 1 buat emakku dan satu lagi buat ummi (ibu mertua).  

Dan sisanya aku kasih sama orang yang sekiranya membutuhkan disepanjang perjalananku kerumah mertuaku, targetnya pokoknya harus habis dihari itu juga. Ketemu abang becak, ketemu orang merumput, ketemu merbot masjid, pokoknya dimana hati ingin kasih aja. Hingga kamipun meng-nol-kan uang kami lagi

Sejak itu sring kami dapat rezeki-rezeki tak terduga seperti itu, dan lagi-lagi kami lakukan hal sama yaitu menghabiskan dalam waktu satu hari

Setahun kami tinggal dikontrakan, hidup mandiri, biasanya ada bapak sama emakku yang bantu masak dan sebagainya maklum anak terahir agak dimanja plus lebih banyak di omelin. Semoga emak bapakku diampuni dosanya dan selalu disayang Alloh. 
Akupun belajar semua sendiri, ngontrak juga tujuan menjaga hati biar gak panas hati juga karena di marahi gara-gara ogah minum jamu, biar cepat hamil

Alhamdulillah selama tahun 2015 kami ngontrak, dan awal 2016 bapak sama emakku datang ke kontrakan, minta supaya kami pulang tinggal lagi dengan beliau. Tapi aku bilang sama keduanya, "asal emak gak sering marah-marah, ngomel dan nyuruh-nyuruh minum jamu saya bersedia pulang" dan emak setuju. Kasihan sebenarnya sama emak, ngarep banget anaknya pulang

Saya dan suamipun pulang kembali tinggal sama beliau, hari-hari kami jalani biasa saja, tetap lanjut riyadloh 40 hari, juga tetap dianggap sok rajin, sok suci, ketika itu saya langsung bilang sama Alloh, "ya Alloh, semoga orang itu ketularan saya, biar bisa merasakan nikmatnya ibadah, berjamaah di masjid bersama keluarganya"
Karena saya merasakan ketagihan, apalagi pas isya' pas jadwal suami jadi imamnya. Rasanya makin mengena, gimana enggak, antara imam dan makmum punya tujuan, keinginan, doa dan harapan yang sama. Makin mantul kan,? wkwkwk

Hari itu bulan romadlon, kami berempat (saya, suami, emak dan bapak) poll kan ibadah, saya ingat kata ustadzah saya ibadah di bulan romadlon itu fahalanya dilipatgandakan, doa-doa dikabulkan. Kami maksimalkan sebulan romadlon, kecuali aku karena datang bulan yang bikin baper karena berarti belum hamil😢
Kami kemasjid bersama, saat itu saya membayangkan menggandeng anak pergi ke masjid.

Kami berjamaah traweh, iktikaf semua pokok semampu kami bisa laksanakan, kita kerjakan. Aku modus, modus sama Alloh, karena sebelum kenal riyadloh aku males, solatnya hanya untuk menggugurkan kewajiban aja. Suami sudah sering nasehati, tapi aku tak begitu menghiraukannya. Semoga Alloh mengampuni dosaku🤲

Tibalah hari yang membahagiakan semua ummat muslim di seluruh dunia, idul fitri. Aku juga bahagia sekaligus hawatir dan takut, sebab idul fitri kan moment silaturrohim kepada sanak famili, kerabat dan tetangga. Pasti mereka semua bakalan tanya anak, kehamilan dan sebagainya. Seperti kejadian pada idul fitri sebelum-sebelumnya. Pulang silaturrahim sudah pasti berderai air mata, mewek dan marah-marah gak jelas. Tapi mau gimana? Gak mungkin kan gak silaturrahim???....

Malam itu, aku dan suami silaturrohim ke saudara, gak sengaja ketemu sama saudara-saudara dari jauh yang juga masih kerabat, kami ngobrol dan berencara melanjutkan silaturahimnya bareng-bareng. Ada anak kecil, cucu tuan rumah, dia lagi belajar berjalan, akupun gemes pingin pegang, dan aku pegang, dan aku peluk....
"Zul, pingin yo?" Molakne ndang nduwe anak, lek gak nduwe anak mbesok urepmu soro lek wes tuwek" artinya (Zul, kamu pingin ya? Makanya cepet punya anak, kalau gak punya anak nanti hidupmu susah kalau sudah tua)kata sang nenek yang juga termasuk kerabat saya.

Aku gak menyangka kalimat itu diucapkan olehnya. Aku malu, sedih dan menahan marah dengan tetap tersenyum, yah tersenyum saja. Aku lirik suami, sepertinya dia juga merasakan hal yang sama, tapi terlihat lebih tegar dan memilih mengalihkan pembicaraan, mungkin demi menutupi perasaanku saat itu.
Tapi, ternyata usaha suami untuk bicara hal lain tak mampu mengalihkan obrolan para tamu. Hebatnya lagi, si nenek melanjutkan ucapan yang lebih pedih," awakmu mandul ta zul?" Kok gak ndang meteng, wes limang tahun urong nduwe anak, artinya"(kamu mandul ya zul? Sudah lima tahun kok belum punya anak). Dan aku merasa semua tamu melihat ke arah kami berdua, ingin rasanya banting toples kue yang ada di depanku. Hatiku sudah gak karuan rasanya, malu, dan dipermalukan didepan banyak orang

Mulutpun kelu, pucat pasi mungkin. Beberapa menit aku dengan sholawat di masjid, tanda sudah menjelang waktu sholat 'isya'. Kami yang masih program riyadloh 40 hari berpamitan untuk pulang, dan kami bersalaman, saat bersalamanpun masih sempat melanjutkan memalukan kami, si nenek mengejek suami dengan mengucapkan "iki seng tukang adzan, ndang neng mejid, lek gak adzan engko mejite di gowo wong. Adzan tok, mblengeri"  artinya ( ini seng tukang adzan, sana ke masjid, kalau gak nanti masjidnya dibawa orang, adzan terus, membisankan" sambil agak mengejek kami. Dan kami keluar rumah  terus naik sepeda motor lalu kami langsung belok ke masjid.

Suami mengumandangkan adzan isya' sementara saya menangis sejadi-jadinya saat sholat tahiyyatal masjid. Udah gak kuat, mumpung saya lagi sendiri dimasjid, karena idul fitri masjid saat itu sepi. Hanya saya dan suami dimasjid. "Kami sholat isya' berjamaah berdua saja, rasanya air mata tak mau berhenti
"Ya Alloh, Engkau lihat dan dengar kan tadi, apa yang mereka lontarkan sama kami?" Buktikan ya Alloh kepada mereka kekuasaanmu Robb" ku bilang gitu sama Alloh.
Agak lama kami diam saja dimasjid, hingga hatiku tenang, barulah kami pulang kerumah.

Sekitar 3 bulan kemudian, yaitu bulan Desember 2016 kakak saya punya hajat mengkhitankan anaknya, kami sekeluarga rewang dan beberapa hari tinggal dirumah kakak. Tiba-tiba aku jatuh, padahal diteras depan rumah kakak, gak sakit si cuma malu dilihat banyak orang, setelah peristiwa itu saya jadi sensitif, mudah tersinggung dan mudah marah dan gak nafsu makan, setelah acara hitanan saya sakit efek dari jatuh kemaren

Hari ini sudah tgl 20 Desember, "mungkin karena waktunya menstruasi jadi PMS nih", fikirku.
Karena tiap bulan berharap telat datang bulan sampai aku hafal betul dengan siklusku

Tiga hari kemudian, "harusnya hari ini atau besok nih datang bulan" fikirku lagi. Saat itu sudah gak lagi berharap telat datang bulan, gak berharap aku hamil, karena sering kecewa, berharappun saya gak berani. Takut kecewa lagi. Aku hempaskan fikiran hamil dari benakku, aku buat seakan - akan aku gak menginginkannya, biasa saja dan melakukuan aktifitas harian seperti biasanya dan gak ada yang special. Tapi, aku lagi gak enak makan terus, ah barangkali karena menunya yang gak cocok,,,,

"Eh, sekarang sudah tanggal 23 Desember, bulan lalu aku datang bulan tanggal 21..."
Ah, mungkin besok atau enggak ya hari ini aku datang bulan, dulu-dulunya juga gitu, telat dua atau tiga hari juga" aku mencoba untuk tidak berharap hamil lagi, walaupun hati kecil harap-harap cemas. Hingga tanghal 25 Desember aku belum juga datang bulan, nafsu makan juga gak kunjung membaik. Aku tetap melakukan aktifitas ibu rumah tangga seperti biasa, ya masak, nyuci, nyapu dsb. Hingga tanggal 29 Desember aku belum juga datang bulan, dan nafsu makan makin memburuk. Aku tetap diam dan gak mau cerita ini sama siapapun. Termasuk sama suami. Badanku lemes, ya terang saja, gak mau makan, aktifitas jalan terus

Pas tanggal 30 Desember malam hari aku yang masih lemes, sambil berbaring di kamar, aku bilang sama suami, "mas, besok kan tahun baru, kira-kira bu Titin praktek gak ya?" Tanyaku sama suami
Bu Titin itu nama bidan di desaku. "Buka paleng, kenapa? Mau priksa ta?" Sekarang aja kenapa? Dari pada lemes terus, gak makan" kata suami. "Besok aja, aku sekarang masih males"  jawabku

Besok pagi, tepat tanggal 1 Januari 2017 tahun baru. "Mas, kalau tahun baru, kira-kira bu Titin apa gak berlibur ya?" Aku berniat menunda priksa, aku takut disuntik dan sebagainya. "Halah, ada atau tidak yang penting kita sekarang kesana", kata suami. Aku pun ikut aja apa kata suami. Sambil, berbenah, aku ambil jilbab dan memakainya tanpa semangat dan kami pagi itu kami bergi menuju rumah bidan. Dijalan saya berharap bu bidan gak ada, saya takut disuntik.

Sekitat 10 menit kami pun sampai rumah bu bidan dan Alhamdulillah juga masyaAlloh bu bidan ada dirumah dan langsung mempersilahkan kami masuk. Kami pun duduk di depan meja praktek bu bidan dan menyampaikan keluhan saya seminggu terahir ini. 
Tanpa basa basi bu bidan minta saya untuk tes urin, berat hati saya pergi ke kamar mandi, saya takut kecewa untuk kesekian kalinya. Tapi, saya ikuti saja apa kata bu bidan dan saya berikan urin dalam wadah dari bu bidan. Bu bidan ambil tespack dan....sambil mengarahkan layar tespack pada kami "Alhamdulillah, mbak zul positif hamil, dan kalau lihat dari hari pertama datang bulan terahir, usia kehamilan mbak sudah 5 minggu"

"Astagfirullohal'adzim" aku kaget, "haaa" lanjutku. Saya dan suami gak percaya dan seolah-olah telingaku seperti ada gangguan, dan minta bu bidan mengulangi ucapannya,,,bu bidan sepertinya faham perasaan apa yang ada dalam benak kami, sambil tersenyum memberikan selamat bu bidan langsung membuat catatan pada buku KIA dan membuat resep buat saya. 

Sedangkan saya dan suami belum percaya tapi bersyukur tak terkira dalam hati, sampai kami gak mampu mengucapkan apapun kecuali "Subhanalloh, walhamdulillah walaa ila ha illalloh wallohu akbar" itu terus yang keluar dari mulutku sambil netes nih air mata, gemetar-gemetar kaget gak percaya. Sujud syukur kami sama Alloh

Sepulang dari priksa, kami berhenti di indomart untuk beli susu ibu hamil seperti saran bu bidan. Saya pandangi terus kotak susu, dalam hati "beneran nih, aku hamil?" Sampai rumah suami langsung buatkan saya segelas susu dan mulai saat itu suami ambil melarang saya masak, nyuci, nyapu. Pokoknya semua pekerjaan rumah, suami yang ngerjakan. Sepertinya ini sikap suami yang lagi kegirangan. Tapi aku suka, karena bak ratu aja, semua dilayani
Bahagia menyelimuti keluarga kami, terutama suami, emak bapak. Yang paling utama si aku🥰

Sembilan bulan kemudian, tepatnya hari ahad 20 Agustus 2017 dini hari jam 01.07 menit saya melahirkan bayi laki-laki di puskesmas, suami benar-benar menjadi suami siaga, setelah bayi saya lahir beliau langsung mengadzani bayi kami, yang sudah kami tunggu 6 tahun lamanya. Suami beri nama Muhammad Mundzir Haikal Nasrulloh.

Dulu pernah baca sebuah artikel bahwa ada seorang ulama, saya lupa namanya yang menyarankan kalau tidak segera dikaruniai momongan coba bernadzarlah memberikan nama Muhammad pada anakmu jika anakmu kelak laki laki. Kami menadzarkan itu
Sedangkan Mundzir, itu nama ulama' habaib guru suami saya, beliau mengidolakannya
Sedangkan Haikal kata suami kewibawaan
Sedangkan Nasrulloh adalah nama suami saya. Semoga putra kami menjadi anak yang sholih selerti cita-cita kami, memiliki anak sholih sekaligus mensholihkan yang hafidz Qur'an.

*cerpen ini tidak ada unsur riya' ujub dam lain sebagainya*
*cerpen ini murni ingin berbagi, dan inspirasi bagi setiap orang yang menbaca*
*boleh dibagi-bagi dengan syarat tidak menambah atau mengurangi ceritanya, karena ini kisah nyata saya bersama suami*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umur Atau Uang

Pola Menjemput Rezeki Berkah

Benahi Sholatmu Maka Allah Memperbaiki Hidupmu